DigiTripX.id – Citra satelit terbaru dari Google Maps menunjukkan kerusakan lingkungan yang sangat parah di Pulau Manuran, wilayah konservasi laut di Raja Ampat, akibat aktivitas tambang nikel. Tambang ini di operasikan oleh PT Anugerah Surya Pratama (ASP), perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) asal Tiongkok.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH). Perusahaan ini mengeksploitasi area seluas ±746 hektare tanpa sistem manajemen lingkungan. Tanpa pengelolaan air limbah (runoff water). Hal ini memicu pencemaran berat terhadap ekosistem laut di Raja Ampat. Yang di kenal sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.
Foto-foto dari Google Maps memperlihatkan area hutan yang gundul, tanah merah terbuka, serta jejak aliran limbah menuju perairan. Banyak aktivis menyebut ini sebagai bencana ekologis tersembunyi yang baru sekarang mulai terlihat secara luas berkat teknologi pemetaan satelit.
Baca Juga : Australia Ingatkan Warganya: Hati-Hati Liburan ke Bali!
Tambang Nikel di Raja Ampat Ancam Ekosistem dan Pariwisata Lokal
Kerusakan akibat tambang nikel ini di nilai sangat mengancam ekosistem laut, biota endemik, serta sektor pariwisata berkelanjutan Raja Ampat yang selama ini menjadi sumber ekonomi masyarakat setempat. Aktivitas tambang tanpa izin lingkungan lengkap seperti ini di sebut-sebut sebagai bentuk tambang ilegal terselubung yang kerap luput dari pengawasan publik.
Seruan untuk Evaluasi Tambang Nikel di Kawasan Konservasi Indonesia
Publik, Greenpeace dan berbagai organisasi lingkungan mendesak pemerintah pusat dan daerah. Segera menghentikan operasi tambang nikel ilegal di wilayah konservasi. Termasuk melakukan audit lingkungan menyeluruh terhadap seluruh aktivitas pertambangan di Papua Barat.
Raja Ampat bukan hanya ikon pariwisata Indonesia, tapi juga simbol kekayaan laut dunia. Jika kerusakan ini terus di biarkan, Indonesia bisa kehilangan salah satu aset ekologi terpentingnya.
