DigiTripX.id – Hari ini, jutaan umat Kristiani di seluruh dunia mengenang salah satu momen paling menyentuh dalam sejarah iman mereka: wafatnya Isa Almasih atau Yesus Kristus di kayu salib. Momen ini bukan hanya peristiwa spiritual, tapi juga menjadi pengingat akan cinta, pengorbanan, dan harapan yang tak lekang oleh waktu.
Apa Sih yang Sebenarnya Terjadi?
Wafatnya Isa Almasih di yakini terjadi pada hari Jumat, yang kini dikenal sebagai Jumat Agung (Good Friday). Menurut catatan dalam Injil, Isa di salibkan di Golgota setelah mengalami berbagai penderitaan yang berat, mulai dari penghinaan, penyiksaan, hingga akhirnya wafat di kayu salib.
Yang bikin haru, Isa memilih jalan penderitaan itu demi menebus dosa-dosa umat manusia. Sebuah bentuk kasih yang luar biasa besar, dan menjadi inti dari ajaran kasih dalam Kekristenan.
Bukan Sekadar Tragedi, Tapi Simbol Harapan
Meski kisah ini sarat dengan penderitaan, wafatnya Isa Almasih bukan sekadar tragedi. Justru di balik salib itu, ada pesan harapan yang dalam: bahwa dari kematian, bisa lahir kehidupan baru. Tiga hari setelah wafat, umat Kristiani percaya bahwa Isa bangkit dari kematian — inilah yang dirayakan sebagai Paskah.
Pesan ini masih relevan banget sampai hari ini. Di tengah dunia yang kadang terasa kejam dan penuh luka, kisah Isa Almasih mengajarkan bahwa harapan selalu punya tempat untuk tumbuh, bahkan dari situasi tergelap sekalipun.
Makna Wafat Isa Almasih di Zaman Sekarang
Buat generasi muda yang hidup di tengah gempuran media sosial dan dinamika hidup yang super cepat, kisah wafatnya Isa bisa jadi momen untuk rehat sejenak. Refleksi. Mengenang bahwa cinta sejati nggak selalu berbentuk romantis ala drama Korea, tapi juga bisa berupa pengorbanan tanpa pamrih.
Entah kamu Kristen, Muslim, atau pemeluk agama lain, kisah Isa Almasih juga hadir di berbagai tradisi keimanan. Dalam Islam, Isa dikenal sebagai nabi mulia, yang diangkat ke langit oleh Allah. Jadi, kisah ini bisa jadi jembatan untuk saling memahami antar umat beragama.
