
DigiTripX.id – Kalau kamu lihat anak yang berani tampil di panggung, mencoba hal baru, atau aktif di berbagai kegiatan, hampir selalu ada “tim support” di belakangnya — yaitu orang tua yang percaya dan memberi ruang. Bukan tipe yang memaksa anak jadi nomor satu di kelas, tapi yang hadir sebagai pendamping, mendorong anak bereksplorasi, dan membiarkan mereka belajar dari keberhasilan maupun kegagalan.
Sayangnya, nggak semua anak punya privilese ini. Banyak yang justru “terjebak” di rutinitas kaku: sekolah, les, pulang, tidur. Aktivitas di luar akademik sering di anggap gangguan, bahkan ada yang di larang ikut organisasi atau tampil di panggung. Akibatnya, anak tumbuh dengan rasa ragu pada kemampuannya sendiri dan minim pengalaman sosial.
Padahal, dukungan orang tua itu bukan cuma soal biaya sekolah, tapi juga presence alias kehadiran, apresiasi, dan keberanian memberi anak kesempatan menjajal kemampuannya. Anak yang merasa dipercaya orang tuanya akan lebih berani melangkah, meski jalannya nggak selalu mulus.
Baca Juga : Mendidik Anak untuk Hidup, Bukan Sekadar Lulus Ujian!
Sekolah Bukan Pabrik, tapi Taman
Stephen R. Covey, penulis The 7 Habits of Highly Effective People, pernah bilang: “Begin with the end in mind” — mulai dengan tujuan akhir di kepala. Kalau tujuan kita membentuk manusia yang utuh, akademik hanyalah salah satu jalur. Ada jalur lain yang sama penting: kepemimpinan, kreativitas, komunikasi, empati, kerja sama, sampai kemampuan memecahkan masalah.
Ibarat taman, setiap anak tumbuh dengan ritme dan warnanya sendiri. Ada yang cepat “berbunga”, ada yang butuh waktu, ada yang berbuah lebat. Tugas orang tua dan guru adalah memastikan taman itu subur untuk semua.
Pesan untuk Anak: Berani Coba, Nggak Cuma di Kelas
Buat para pelajar, jangan takut keluar dari zona nyaman. Dunia ini luas, penuh peluang, dan nggak semua di ukur dari mata pelajaran. Mungkin kamu nggak jago matematika, tapi bisa jadi pembicara hebat, penulis inspiratif, penari kreatif, atau atlet yang membanggakan. Kuncinya, kenali kelebihanmu, asah bakat, dan jangan cuma mengukur dirimu dari nilai rapor.
Pesan untuk Orang Tua dan Guru: Lepaskan Sayap Anak
Nilai itu penting, tapi bukan segalanya. Lebih penting membekali anak dengan keberanian untuk terbang, mencoba, jatuh, bangkit, lalu terbang lagi dengan lebih kuat. Izinkan mereka memimpin tim, tampil di panggung, atau berkolaborasi dalam proyek.
Karakter yang kuat, keberanian, dan integritas nggak ada di soal ujian, tapi terbentuk lewat pengalaman nyata. Bakat itu anugerah, tapi butuh arah, dukungan, dan keberanian mencoba supaya bisa jadi prestasi.
Anak yang di dukung untuk berkembang, baik akademik maupun non-akademik, akan tumbuh bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga mampu menginspirasi dan memotivasi orang lain. Inilah generasi yang dibutuhkan: pintar, bijak, berani, dan peduli. Karena keberhasilan sejati bukan cuma tentang apa yang kita capai, tapi juga tentang apa yang kita berikan untuk dunia.