Hidup di Dunia Simulasi? Profesor Fisika Ini Punya Teori Menarik!

DigiTripX.id – Pernah nggak sih kamu ngebayangin kalau hidup yang kita jalani ini cuma game simulasi super canggih? Yup, topik ini emang terdengar kayak plot film fiksi ilmiah, tapi seorang profesor fisika dari University of Portsmouth, Dr. Melvin Vopson, baru-baru ini mengungkap teori yang cukup mind-blowing. Menurutnya, ada kemungkinan kita semua hidup di dalam dunia simulasi.
Hukum Baru dan Bukti Simulasi Alam Semesta
Dr. Vopson menyebutkan gagasan soal second law of infodynamics alias hukum kedua infodinamika—sebuah konsep yang ia yakini bisa jadi bukti kalau alam semesta ini adalah simulasi. Wah, apaan tuh? Singkatnya, hukum ini mengindikasikan bahwa ada pola khusus di alam semesta (termasuk dalam evolusi virus) yang cenderung meminimalkan informasi.
Dalam artikelnya di The Conversation, Dr. Vopson menjelaskan, “Alam semesta super kompleks seperti milik kita, jika ini adalah simulasi, pasti butuh pengoptimalan data biar nggak makan banyak daya komputasi. Nah, pola ini bisa kita lihat di mana-mana—mulai dari simetri matematika, evolusi biologis, sampai seluruh struktur kosmos.”
Salah satu titik menariknya, ia menemukan indikasi ini ketika mempelajari mutasi virus SARS-CoV-2. Jadi, menurutnya, ada pola “tersembunyi” dalam cara alam semesta bekerja yang bikin semua terasa seperti diatur oleh sistem.
Baca Juga : Apakah ChatGPT Sudah Siap Jadi Asisten Dokter?
Cara Membuktikan Teori Ini? Bisa Nggak Sih?
Dr. Vopson percaya bahwa ada cara untuk menguji apakah kita benar-benar hidup dalam simulasi. Salah satunya adalah menentukan apakah “informasi” punya massa. Agak teknis ya? Intinya, kalau informasi ternyata bisa diukur dan memiliki bobot, ini bisa jadi hint besar bahwa kita hidup dalam simulasi komputer raksasa.
Meski demikian, ia sendiri mengakui bahwa teorinya masih spekulatif banget dan perlu bukti luar biasa untuk membuktikannya. Sebelumnya, konsep serupa juga pernah diajukan oleh filsuf Nick Bostrom. Menurut Bostrom, peradaban masa depan mungkin membuat “simulasi leluhur” untuk mempelajari kehidupan pendahulunya.
Simulasi Buat Hiburan atau Uji Coba Masalah?
Dalam wawancaranya dengan Daily Mail, Vopson juga menawarkan kemungkinan menarik lainnya. Bisa jadi, dunia simulasi ini cuma dibuat untuk hiburan. Kayak The Sims versi super canggih, di mana kita hidup dan berinteraksi seperti sekarang ini.
Tapi ada juga skenario yang lebih serius. Menurutnya, peradaban maju bisa saja menggunakan simulasi untuk memecahkan masalah besar seperti krisis lingkungan, perang, atau ekonomi. Bayangkan kalau suatu masyarakat bikin simulasi paralel dan menjalankan berbagai skenario untuk mencari solusi terbaik. Kalau berhasil, solusi itu bisa diterapkan di “realitas dasar.”
“Waktu di dunia nyata mungkin berjalan jauh lebih lambat. Sementara dalam simulasi, kita bisa hidup ratusan kehidupan hanya dalam beberapa jam di realitas dasar,” tambahnya.
Jadi, Apakah Dunia Kita Benar-Benar Simulasi?
Ya, walaupun teorinya menarik banget, sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang bisa benar-benar membuktikan kita hidup dalam simulasi. Tapi tetap aja, gagasan ini bikin banyak orang penasaran dan jadi bahan diskusi seru di dunia sains.
Mau percaya atau nggak, yang jelas topik ini bikin kita mikir lebih dalam tentang asal-usul alam semesta dan eksistensi kita. Kalau beneran simulasi, siapa ya “pemain” di balik layar? Hmm, bisa jadi pertanyaan abadi nih!
Gimana, Menurut Kamu? Setuju nggak sih sama teori ini? Atau malah bikin kamu pengin nyari tombol pause buat berhenti sejenak dari game kehidupan?