“One Piece” Dari Anime ke Gerakan Kritik Pemerintah yang Viral!

DigiTripX.id – Aksi pengibaran bendera bajak laut dari anime One Piece viral di media sosial, menjadi simbol kekecewaan terhadap pemerintah. Gerakan ini bahkan menyebar ke luar negeri, menunjukkan kekuatan budaya pop sebagai alat protes.
Dari Anime ke Aksi Nyata: One Piece Jadi Simbol Perlawanan
Ajang perlawanan anak muda Indonesia kini punya wajah baru. Bendera Jolly Roger dari anime One Piece. Bendera hitam bergambar tengkorak dengan dua tulang bersilang itu ramai dikibarkan jelang HUT RI ke-80, bukan sebagai perayaan, melainkan protes terhadap pemerintah.
Awalnya, ajakan ini hanya tren di media sosial. Tapi, gerakan tanpa struktur organisasi ini meluas dengan cepat, di dorong oleh kekuatan internet dan solidaritas penggemar One Piece. Tak hanya di dalam negeri, aksi serupa muncul di luar negeri, di bawa oleh anak muda Indonesia yang merasa terhubung dengan pesan perlawanan dalam cerita One Piece.
Kenapa One Piece Dipilih Jadi Simbol?
Bagi yang belum tahu, One Piece adalah anime tentang Monkey D. Luffy dan krunya yang berpetualang mencari harta karun legendaris. Tapi di balik kisah petualangan, cerita ini sarat kritik sosial, melawan tirani, ketidakadilan, dan penindasan.
Bendera Jolly Roger dalam One Piece awalnya hanya identitas kru bajak laut fiksi. Namun, kini di tangan anak muda Indonesia, ia berubah makna. Lambang perlawanan terhadap ketidakadilan di dunia nyata.
Pemerintah “Gagap” Merespons, Aparat Bertindak Reaktif
Respons pemerintah terhadap fenomena ini justru memantik kritik. Di Tuban, Jawa Timur, seorang pemuda didatangi aparat setelah mengunggah foto memberi hormat ke bendera One Piece. Meski tak ditangkap, benderanya disita dengan alasan “mencegah hal tidak di inginkan”.
Netizen pun mempertanyakan: “Kenapa serius sekali merespons bendera anime? Padahal ini cuma ekspresi kekecewaan.”
Beberapa pengamat mengingatkan, fenomena ini mirip dengan penggunaan Bintang Kejora di era Gus Dur—simbol yang awalnya kultural, tapi di anggap politis. Bedanya, One Piece murni berasal dari budaya pop, menunjukkan bagaimana generasi muda memakai media yang mereka pahami untuk menyampaikan pesan.
Akankah Gerakan Ini Terus Membesar?
Sementara pemerintah masih mencari cara merespons, gerakan ini terus berkembang. Beberapa hal yang membuatnya menarik:
-
Organisasi tanpa struktur: Gerakan ini tidak punya pemimpin jelas, membuatnya sulit di bendung.
-
Kekuatan budaya pop: Simbol-simbol anime punya daya tarik massal, terutama bagi generasi muda.
-
Media sosial sebagai penggerak: Viralitas membuat aksi kecil bisa jadi besar dalam sekejap.
Pertanyaannya sekarang: Akankah pemerintah mendengarkan suara anak muda, atau malah memperuncing situasi dengan respons yang terlalu keras?
Satu hal yang pasti, One Piece bukan sekadar anime lagi. Ia jadi simbol baru perlawanan di Indonesia.