Destination

Makassar: Kota Perjuangan, Sejarah, dan Keberagaman!

DigiTripX.id – Makassar, kota terbesar di Indonesia Timur, punya perjalanan sejarah panjang yang penuh dinamika. Dari pusat perdagangan utama Asia Tenggara hingga pergantian nama menjadi Ujung Pandang dan kembali lagi ke Makassar, kisah kota ini begitu menarik untuk disimak.

Awal Mula Makassar: Sentuhan Raja Gowa ke-9

Perjalanan Makassar di mulai dari visi besar Tumaparisi Kallonna, Raja Gowa ke-9 (1510–1546). Beliau memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke pesisir, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, dan menunjuk syahbandar untuk mengatur perdagangan. Langkah ini menjadikan Makassar pusat aktivitas niaga di abad ke-16 dan ke-17, sekaligus kota terbesar di Asia Tenggara kala itu.

Kebijakan perdagangan bebas menjadi kunci sukses Makassar. Siapa pun boleh berdagang di kota ini tanpa diskriminasi. Toleransi beragama yang tinggi juga membuat Makassar semakin di minati oleh pedagang dari Melayu, Arab, Eropa, hingga Kepulauan Maluku. Namun, sikap anti-monopoli ini memicu konflik dengan VOC (Belanda) yang ingin menguasai perdagangan rempah-rempah di kawasan ini.

Perang Gowa-Tallo dan Perjanjian Bongaya

Kejayaan Makassar menghadapi ujian berat ketika Belanda, bersekutu dengan La Tenri Tatta Arung Palakka, menyerang Kerajaan Gowa-Tallo pada 1669. Setelah perjuangan panjang, Makassar terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya, yang menandai awal dominasi VOC di wilayah ini.

Baca Juga : Maestro Zaenal Beta: Seni dari Sulawesi Selatan yang Mendunia

Lahirnya Kotapraja Makassar

Seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan pemerintahan lokal di kota-kota besar mulai muncul. Pada 1 April 1906, Makassar resmi menjadi Kotapraja (Gemeente) di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Saat itu, wilayahnya meliputi kawasan sekitar Pantai Losari dan Benteng Fort Rotterdam.

Makassar Jadi Ujung Pandang

Di era Orde Baru, pada 31 Agustus 1971, nama Makassar di ubah menjadi Ujung Pandang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971. Perubahan ini bertepatan dengan perluasan wilayah kota, yang bertambah dari 21 km² menjadi 175 km². Meski begitu, nama Ujung Pandang sudah dikenal sejak tahun 1950-an.

Perjuangan Mengembalikan Nama Makassar

Nama Ujung Pandang tidak sepenuhnya diterima. Banyak tokoh masyarakat dan budayawan yang memperjuangkan pengembalian nama Makassar, termasuk melalui petisi pada tahun 1976. Upaya ini mencapai puncaknya pada 13 Oktober 1999, ketika pemerintah akhirnya menetapkan nama Makassar kembali sebagai identitas resmi kota melalui Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999.

Makassar Kini: Harmoni Sejarah dan Modernitas

Kini, Makassar tetap menjadi pusat aktivitas di Indonesia Timur, baik dalam perdagangan, pariwisata, maupun budaya. Kota ini dikenal dengan ikon-ikon seperti Pantai Losari, Benteng Fort Rotterdam, dan kekayaan kuliner khas seperti coto Makassar. Lebih dari sekadar kota, Makassar adalah simbol perjuangan dan keberagaman yang tetap hidup hingga sekarang.

Makassar selalu punya cerita. Dari kisah heroiknya melawan monopoli hingga keindahan alamnya, kota ini adalah cerminan semangat tak pernah padam. Ayo ke Makassar, jelajahi sejarah dan nikmati pesonanya!

Digitripx

Your Digital Destination. Channel Youtube : DigiTripX Media

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button