CAIR Bereaksi atas Kemenangan Trump: Perdamaian Dunia?
DigiTripX.id – Merujuk laporan Anadolu Agency, kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) telah memicu reaksi dari berbagai pihak. Termasuk Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR). Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad, mengomentari janji Trump untuk menghentikan pertumpahan darah di Gaza. Memberikan harapan bagi perdamaian di wilayah tersebut.
Awad secara tegas mengkritik kebijakan luar negeri presiden AS sebelumnya yang di anggap menimbulkan kerusakan besar di dunia Muslim. Dia menyebut nama mantan Presiden George Bush serta Wakil Presidennya. Dick Cheney, yang kebijakannya selama bertahun-tahun menciptakan krisis bagi negara-negara Muslim. Menurut Awad, janji Trump untuk membawa perdamaian di Gaza perlu di tepati agar tidak menambah penderitaan di wilayah tersebut.
“Penting bagi Presiden Terpilih Trump untuk memahami bahwa banyak warga AS, termasuk Muslim Amerika yang mendukungnya. Mengharapkan toleransi di dalam negeri dan menghindari konflik militer di luar negeri,” ujar Awad. Ia juga meminta agar Trump mengakomodasi kepentingan warga Muslim dalam kebijakan yang akan di buat di masa depan.
Baca Juga : Dua Prajurit TNI Terluka Akibat Serangan Israel di Lebanon Selatan
Lebih lanjut, Kamala Harris. Menurutnya, kekalahan Kamala di sebabkan oleh ketidakpedulian Gedung Putih, yang kini di kuasai Partai Demokrat, terhadap kekerasan di Gaza. “Presiden terpilih harus menepati janji kampanyenya untuk menciptakan perdamaian, termasuk di Gaza,” tambahnya, menekankan bahwa perdamaian sejati harus di dasari keadilan dan kebebasan untuk rakyat Palestina.
Di sisi lain, berdasarkan laporan Al-Jazeera yang mengutip Fox News, aktivis Arab di Dearborn, Michigan, juga mengecam sikap Kamala Harris yang dianggap mengabaikan seruan kelompok mereka untuk mempertimbangkan kembali dukungan terhadap Israel. Negara bagian Michigan, yang memiliki banyak pemilih Muslim, termasuk swing state yang menjadi penentu kemenangan Trump dalam pemilu ini.
“Genosida adalah politik yang buruk,” kata seorang aktivis di Dearborn. Mereka menyebut Kamala terus membela apa yang disebut “hak Israel untuk mempertahankan diri,” yang menurut mereka mengabaikan kekejaman yang terjadi di Gaza dan Lebanon. Aktivis Adam Abusalah menyebut keputusan Harris untuk memihak Israel sebagai alasan mengapa ia kehilangan dukungan dari komunitas Arab, Muslim, serta kaum muda dan progresif Amerika.
Selain itu, Hussein Dabajeh, seorang konsultan politik keturunan Lebanon di Detroit, menyatakan bahwa ia belum bisa memprediksi apa arti kepresidenan Trump bagi komunitas Arab dan Muslim Amerika. Namun, Dabajeh berharap Trump akan menyatukan negara dan memperhatikan kepentingan komunitas Muslim di AS.
Sebelumnya, Trump telah mengumumkan kemenangan setelah berhasil melampaui ambang batas electoral college dengan 295 suara, mengalahkan Kamala yang hanya mendapatkan 226 suara elektoral. Dalam perolehan suara populer, Trump juga unggul dengan 73.523.637 suara atau 50,92%, sementara Kamala hanya memperoleh 68.683.845 suara atau 47,57%.
Reaksi CAIR dan komunitas Muslim di AS menunjukkan harapan baru agar kebijakan Trump dapat membawa perdamaian dan menghentikan konflik di Gaza serta kawasan lainnya.