Gereja Katedral Jakarta: Sejarah Panjang dan Warisan Budaya
DigiTripX.id – Terletak di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Gereja Katedral Jakarta dengan nama resmi De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming atau di kenal sebagai Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, telah berdiri kokoh selama 123 tahun. Gereja ini berdampingan dengan Masjid Istiqlal. Mencerminkan toleransi beragama yang kental di Indonesia. Di bangun pada masa kolonial, gereja ini memiliki sejarah yang kaya dan panjang.
Sejak 4 Oktober 1999, Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga resmi menjadi bangunan cagar budaya nasional. Gereja ini masih aktif di gunakan sebagai tempat ibadah umat Katolik, dari misa harian hingga perayaan besar seperti Natal dan Paskah.
Kisah panjang gereja Katolik di Indonesia di mulai pada tahun 1807 ketika Paus Pius VII menunjuk Pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hindia Belanda. Setahun kemudian, Pastor Nelissen bersama Pastor Prinsen tiba di Batavia dan memulai misi penyebaran Katolik serta pembangunan gereja pertama di Nusantara. Gereja Katolik pertama di Batavia, yang hanya terbuat dari bambu sederhana, di resmikan pada 1808 di sudut Lapangan Banteng. Namun, setelah mengalami beberapa perpindahan dan insiden, umat Katolik akhirnya menemukan tempat baru di sebuah rumah milik Letnan Gubernur Jenderal H.M. de Kock, dan pada tahun 1929, cikal bakal Gereja Katedral seperti yang kita kenal sekarang di dirikan.
Baca Juga : Uskup Melbourne Keliru, Pasar Tanah Abang Dikira Masjid Istiqlal!
Pembangunan gereja ini mengalami beberapa fase renovasi. Salah satu renovasi besar terjadi pada 1880 ketika menara utama di pindahkan dan di tambahkan dua menara kecil di sisi kanan dan kiri. Namun, pada tahun 1890, kerusakan besar membuat gereja harus di renovasi total. Umat Katolik Batavia sementara beribadah di bekas kandang kuda uskup yang di sulap menjadi gereja darurat.
Arsitek, Pater Antonius Dijkmans merancangnya dengan gaya neo-gotik pada tahun 1891, menampilkan daun pintu yang menjulang dan banyak jendela. Karena kekurangan dana, pembangunan sempat terhenti dan di lanjutkan oleh M.J. Hulswit pada tahun 1899. Akhirnya, pada 21 April 1901, Gereja Katedral di resmikan oleh Vikaris Apostolik Batavia Edmundus Sybrandus Luypen. Dengan misa perdana yang di iringi oleh paduan suara Santa Cecilia, yang hingga kini masih aktif.
Berjalan-jalan ke dalam Gereja Katedral. Kamu akan menemukan jendela-jendela indah dengan lukisan peristiwa jalan salib Yesus. Serta bilik-bilik pengakuan dosa di sisi kanan dan kiri gereja. Di depan, terdapat altar utama yang menjadi pusat dari segala misa. Sebuah pemberian dari Komisaris Jenderal Du Bus de Gisignies, yang masih di gunakan hingga hari ini.
Gereja Katedral Jakarta bukan hanya tempat beribadah. Tapi juga menjadi saksi bisu sejarah panjang umat Katolik di Indonesia. Dengan arsitektur megah bergaya neo-gotik, gereja ini telah menjadi ikon yang menyatu dengan keberagaman Jakarta, menyimpan banyak cerita di balik dinding-dindingnya yang kokoh. Bagi siapa pun yang berkunjung, Gereja Katedral adalah perpaduan sempurna antara sejarah, keindahan, dan kedamaian yang abadi.