Interest

Hubungan Rusia-Prancis Memanas, Pavel Durov Jadi Sorotan

DigiTripX.id – Hubungan antara Rusia dan Prancis sedang berada di titik terendah setelah penangkapan bos Telegram, Pavel Durov, di Paris pekan lalu. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan bahwa penahanan Durov yang di perpanjang hingga Rabu telah membuat hubungan kedua negara semakin memburuk.

Penangkapan Pavel Durov, seorang wirausahawan yang memiliki kewarganegaraan ganda—Rusia dan Prancis—menambah ketegangan antara Moskow dan Paris. Tuduhan bahwa Rusia mencoba mengganggu stabilitas menjelang Olimpiade Paris semakin memperkeruh situasi. Meski begitu, Rusia membantah semua tuduhan tersebut.

Durov, pendiri Telegram yang juga memiliki paspor UEA, di tangkap di dekat Paris akhir pekan lalu sebagai bagian dari penyelidikan yang mengaitkan platformnya dengan kejahatan serius, termasuk pelecehan seks anak, perdagangan narkoba, dan transaksi penipuan. Penahanan Durov di perpanjang 48 jam, dan jaksa Prancis kini harus memutuskan apakah akan mendakwa atau membebaskannya.

 Pendiri dan CEO aplikasi perpesanan Telegram, Pavel Durov. (Telegram)
Pendiri dan CEO aplikasi perpesanan Telegram, Pavel Durov. (Telegram)

Baca Juga : Tesla Gagal Bangun Pabrik di Thailand, Indonesia Kena Imbasnya

Dari Moskow, Kremlin melalui juru bicaranya, Dmitry Peskov, menyatakan siap memberikan bantuan yang di perlukan kepada Durov, meskipun situasi ini menjadi rumit karena Durov juga memegang kewarganegaraan Prancis. Tuduhan yang serius ini menimbulkan kekhawatiran akan kebebasan berekspresi di platform media sosial.

Penangkapan Durov telah memicu diskusi global tentang kebebasan berbicara di media sosial. Bahkan, Elon Musk, pemilik X, turut menyatakan bahwa hak berekspresi di Eropa sedang terancam. Telegram, yang di kenal sebagai surga bagi kebebasan berbicara, kini berada di bawah sorotan tajam karena di duga menjadi sarang bagi kelompok-kelompok ekstremis.

Menurut laporan dari NPR, sebuah lembaga pro-Israel mengirimkan surat kepada Apple yang mengungkapkan bahwa ada tujuh akun di Telegram yang terkait dengan Hamas masih tersedia untuk pengguna Apple, meskipun Telegram telah menghapus saluran-saluran tersebut untuk perangkat Android. Hal ini menyoroti perbedaan dalam penanganan konten sensitif di antara platform yang berbeda dan menimbulkan pertanyaan mengenai kebijakan moderasi konten di Telegram serta tekanan dari pihak luar terhadap perusahaan teknologi seperti Apple.

Baca Juga : Tesla: Inovasi Listrik dari Elon Musk Menggebrak Dunia Otomotif

Sementara itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang di kenal sebagai pengguna setia Telegram, membantah bahwa penangkapan Durov merupakan keputusan politik. Namun, kontroversi mengenai peran Telegram dalam menyebarkan konten-konten ekstremis, termasuk oleh kelompok seperti Hamas, terus berlanjut.

Pavel Durov, yang sering disebut sebagai “Mark Zuckerberg Rusia,” telah lama menjadi target pemerintah Rusia sejak ia meninggalkan Moskow pada 2014 setelah menolak menyerahkan data pengguna VKontakte, media sosial pertama yang ia ciptakan sebelum Telegram. Kini, penangkapannya oleh otoritas Prancis menambah babak baru dalam perseteruan panjang antara Durov dan pemerintah Rusia.

Kasus ini menunjukkan betapa kompleksnya dunia digital di era modern, di mana batasan kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial saling bertabrakan. Akankah Pavel Durov menghadapi dakwaan serius, atau justru ini menjadi simbol perlawanan terhadap otoritas yang dianggap berusaha membungkam kebebasan berbicara? Kita tunggu kelanjutannya.

Digitripx

Your Digital Destination. Channel Youtube : DigiTripX Media

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button