Pamer di Media Sosial: Fenomena di Kalangan Publik Figur
DigiTRipX.id – Siapa yang tidak mengenal istilah humblebrag atau pamer terselubung di media sosial? Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi panggung bagi banyak orang, terutama publik figur, untuk berbagi kehidupan mereka. Namun, apakah kita sedang melihat tren baru atau sekadar kebiasaan lama yang mendapatkan wajah baru?
Pamer: Antara Prestasi dan Kontroversi
Tidak dapat di pungkiri, media sosial telah memberikan tempat bagi para publik figur untuk lebih dekat dengan penggemar mereka. Melalui Instagram, Twitter, atau TikTok, mereka bisa membagikan momen-momen bahagia, prestasi, hingga kehidupan sehari-hari. Namun, sering kali unggahan mereka dianggap terlalu memamerkan kekayaan atau kehidupan glamor yang jauh dari kenyataan bagi banyak orang.
Beberapa mendapat pujian karena kesuksesan yang mereka bagikan, namun tak sedikit yang justru mendapat kritik tajam karena di anggap tidak sensitif terhadap kondisi sosial masyarakat. Misalnya, unggahan tentang liburan mewah di saat banyak orang tengah berjuang menghadapi kesulitan ekonomi, bisa memancing pro dan kontra di kalangan netizen.
Baca Juga : Warganet Bersatu Tuntut Pencabutan Beasiswa Erina Gudono
Mengapa Pamer di Media Sosial?
Ada banyak alasan mengapa publik figur merasa perlu memamerkan kehidupan mereka di media sosial. Bagi sebagian, ini adalah cara untuk menunjukkan pencapaian dan inspirasi kepada para pengikutnya. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pamer di media sosial lebih kepada kebutuhan untuk mendapat validasi dan perhatian.
Menurut psikolog, Istiana Tajuddin, S.Psi, M.Psi, Psikolog. Dosen Prodi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, kebutuhan untuk pamer ini bisa jadi berkaitan dengan dorongan psikologis untuk merasa lebih unggul atau diakui. “Media sosial memfasilitasi perilaku ini karena ada respons instan dari pengikut yang bisa berupa like, komentar, atau share. Hal ini memberikan kepuasan tersendiri bagi penggunanya, Hal yang perlu di waspadai adalah bila pelaku mulai mengunggah hal-hal yang tidak sesuai dengan dirinya di media sosial.” jelasnya.
Efek Negatif bagi Penggemar
Namun, sikap pamer ini tidak selalu membawa dampak positif. Bagi penggemar, terutama anak muda, unggahan-unggahan mewah ini bisa memunculkan perasaan kurang percaya diri atau bahkan rasa iri. Ada tekanan tersendiri untuk hidup setara dengan apa yang mereka lihat di media sosial, meskipun itu seringkali jauh dari realitas.
Hal ini diperkuat oleh sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi konten yang berlebihan dari publik figur yang pamer di media sosial bisa meningkatkan risiko depresi dan kecemasan pada remaja. Konten-konten yang menunjukkan kehidupan sempurna bisa menyesatkan dan menciptakan standar yang tidak realistis.
Baca Juga : Bijak di Medsos: Sikap Tepat Menghadapi Isu Politik Indonesia
Apakah Ada Solusi?
Jadi, bagaimana kita harus menyikapi tren ini? Satu hal yang bisa di lakukan adalah dengan lebih selektif dalam mengonsumsi konten media sosial. Publik figur pun di harapkan untuk lebih bijak dalam membagikan kehidupan mereka, dengan mempertimbangkan dampak yang mungkin timbul di kalangan pengikut mereka.
Sebagai pengguna media sosial, penting juga bagi kita untuk memahami bahwa apa yang kita lihat di layar seringkali adalah versi terbaik dari kehidupan seseorang, dan bukan gambaran keseluruhan. Jadikan media sosial sebagai tempat untuk mencari inspirasi, bukan untuk membandingkan diri dengan orang lain.