Pedang Bermata Dua : AI Sebagai Keamanan Ibu Kota Nusantara!
DigiTripX.id – Di era digital yang serba canggih ini, kecerdasan buatan atau AI kian menjadi topik hangat yang tidak hanya mengundang decak kagum tapi juga rasa was-was. Khususnya, di tengah hiruk-pikuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), penggunaan AI sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional mendapat sorotan.
Anto Satriyo Nugroho, kepala dari pusat riset kecerdasan buatan dan keamanan siber di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dilansir dari CNN Indonesia , membuka wawasan kita dalam sebuah diskusi di Jakarta. Dari satu sisi, AI di puja sebagai kunci untuk pertahanan cerdas, tapi dari sisi lain, kita juga di ingatkan akan potensi bahayanya.
Baaca juga : “Google Revolusi SEO: Sayonara Spam, Halo Konten Berkualitas!”
AI memang menawarkan solusi futuristik dalam pengelolaan organisasi, personalia, anggaran, dan logistik. Dengan AI, sistem informasi operasional militer kita di harapkan lebih efisien dan efektif, selain itu juga berkontribusi pada pengembangan teknologi sistem senjata yang lebih canggih.
Namun, Anto juga mengingatkan bahwa peningkatan koneksi internet di Indonesia, yang kini mencapai hampir 79,5% dari total populasi, membawa tantangan keamanan tersendiri.
Di satu sisi, penetrasi internet yang luas memungkinkan integrasi AI dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah dan efektif. Namun, di sisi lain, ini juga membuka celah bagi ancaman siber yang bisa mengganggu kestabilan dan keamanan nasional. Di IKN, yang berada di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, tantangan ini menjadi lebih kompleks karena faktor geografis dan strategis yang unik.
Baca juga : Teknologi dalam Perang Melawan Perubahan Iklim
Menurut Rolland D.G Waha, Direktur Pengkajian Hankam dan Geografi di Lemhanas RI, adaptasi konsep pertahanan Indonesia harus mempertimbangkan kondisi geografis yang beragam. Ini tidak hanya pemilihan alutsista, tapi juga bagaimana teknologi seperti AI dapat di maksimalkan sekaligus di minimalisir risikonya.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk melihat AI sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, AI menjanjikan efisiensi dan kemajuan dalam strategi pertahanan dan keamanan nasional. Namun, kita juga harus kritis dan waspada terhadap risiko keamanan siber yang bisa muncul akibat ketergantungan kita pada teknologi ini.
Baca juga : “Uang Sumber Kebahagiaan Dunia, Benar kah ?”
Pada akhirnya, keputusan untuk mengintegrasikan AI dalam strategi pertahanan nasional, terutama di IKN, harus di barengi dengan pengembangan kebijakan dan sistem keamanan siber yang solid. Dengan pendekatan yang seimbang dan hati-hati, kita bisa memanfaatkan AI sebagai alat pembela yang kuat, sekaligus menjaga diri dari potensi bahayanya.